Membuat tato harus dipertimbangkan dengan matang, sebab tidak mudah untuk menghapusnya kalau kemudian bosan atau menyesal. Banyak hal bisa membuat orang menyesali keputusan bikin tato, mulai dari susah cari kerja hingga ganti pacar.
Ahli kecantikan dari Skin Plastic and Aesthetic Clinic RS Siloam Kebon Jeruk, dr Andriawati Soewono mengaku sering menerima pasien yang ingin menghapus tato dengan berbagai alasan. Dari sekian banyak pasien, kebanyakan baru menyesali tato yang dibuatnya saat sedang butuh pekerjaan.
"Yang paling banyak itu alasan kerja. Dia mau kerja, tapi di kantornya mensyaratkan tidak boleh punya tato. Biasanya di TNI (Tentara Nasional Indonesia), polisi dan pegawai negeri," kata dr Andriawati saat ditemui di RS Siloam Kebon Jeruk, seperti ditulis Kamis (3/5/2012).
Alasan lain yang juga sering disampaikan oleh pasien saat ingin menghapus tato adalah karena sudah bosan. Pasien yang datang dengan alasan bosan biasanya tidak pernah mempertimbangkan dengan matang saat memutuskan untuk membuat tato, sehingga menyesal kemudian.
Namun yang paling berkesan menurut dr Andriawati, ada seorang pasien perempuan yang datang ingin menghapus tato karena dimarahi suami. Sang suami juga bukan tanpa alasan saat memarahi istrinya, sebab di paha perempuan ini tertoreh tato permanen bertuliskan nama mantan pacarnya.
"Ada yang dulu tulis nama pacarnya, sekarang menikah dengan orang lain. Ditulisnya di paha lagi. Suaminya marah. Saya cuma bisa tanya, 'Lha kamu masih pacaran kok sudah ditato namanya?'," tutur dr Andriawati yang tidak habis pikir kenapa segampang itu memutuskan untuk bikin tato.
Karena bakal melekat seumur hidup, tato permanen seharusnya dipertimbangkan dengan benar-benar matang sebelum dibuat. Meski bisa dihilangkan dengan laser, biayanya tentu tidak murah dan belum tentu hasilnya memuaskan karena tetap ada risiko infeksi.
Ahli kecantikan dari Skin Plastic and Aesthetic Clinic RS Siloam Kebon Jeruk, dr Andriawati Soewono mengaku sering menerima pasien yang ingin menghapus tato dengan berbagai alasan. Dari sekian banyak pasien, kebanyakan baru menyesali tato yang dibuatnya saat sedang butuh pekerjaan.
"Yang paling banyak itu alasan kerja. Dia mau kerja, tapi di kantornya mensyaratkan tidak boleh punya tato. Biasanya di TNI (Tentara Nasional Indonesia), polisi dan pegawai negeri," kata dr Andriawati saat ditemui di RS Siloam Kebon Jeruk, seperti ditulis Kamis (3/5/2012).
Alasan lain yang juga sering disampaikan oleh pasien saat ingin menghapus tato adalah karena sudah bosan. Pasien yang datang dengan alasan bosan biasanya tidak pernah mempertimbangkan dengan matang saat memutuskan untuk membuat tato, sehingga menyesal kemudian.
Namun yang paling berkesan menurut dr Andriawati, ada seorang pasien perempuan yang datang ingin menghapus tato karena dimarahi suami. Sang suami juga bukan tanpa alasan saat memarahi istrinya, sebab di paha perempuan ini tertoreh tato permanen bertuliskan nama mantan pacarnya.
"Ada yang dulu tulis nama pacarnya, sekarang menikah dengan orang lain. Ditulisnya di paha lagi. Suaminya marah. Saya cuma bisa tanya, 'Lha kamu masih pacaran kok sudah ditato namanya?'," tutur dr Andriawati yang tidak habis pikir kenapa segampang itu memutuskan untuk bikin tato.
Karena bakal melekat seumur hidup, tato permanen seharusnya dipertimbangkan dengan benar-benar matang sebelum dibuat. Meski bisa dihilangkan dengan laser, biayanya tentu tidak murah dan belum tentu hasilnya memuaskan karena tetap ada risiko infeksi.
(source: detikhealth.com)
0 comments:
Posting Komentar